Nabi Muhammad adalah sosok yang membawa panji kehormatan bagi umat manusia. Hal ini terutama tercermin dalam dua sifat utama yang beliau jalankan sepanjang hidupnya: egalitarianisme dan penghormatan terhadap perempuan. Dua sifat inilah yang terus relevan untuk kita aktualisasikan hingga saat ini.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, Nabi Muhammad adalah contoh teladan yang ideal bagi seluruh umat manusia:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Baca juga: Muhammad Manusia Agung Sepanjang Sejarah |
Sifat Egaliter Nabi Muhammad
Salah satu karakter utama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad adalah sifat egaliter. Walaupun beliau lahir dari keluarga bangsawan terkemuka, Nabi Muhammad tidak pernah terikat oleh hierarki sosial yang kaku. Beliau memperlakukan setiap orang dengan adil dan hormat, tanpa memandang status sosial.
Keinklusifan Nabi Muhammad tampak jelas dari lingkaran pertemanannya yang terdiri dari berbagai kalangan, termasuk budak-budak yang dalam masyarakat Arab saat itu diperlakukan dengan rendah. Di tengah budaya Jahiliyah yang menempatkan budak sebagai makhluk tanpa hak dan kehormatan, Nabi Muhammad tampil sebagai pembawa perubahan. Beliau tidak hanya menghargai para budak sebagai manusia seutuhnya, tetapi juga memperjuangkan hak-hak mereka, sehingga perbudakan mulai terkikis dalam budaya Arab.
Penghormatan terhadap Perempuan
Sebagai bagian dari sifat egaliter yang diajarkan Nabi Muhammad, penghormatan terhadap perempuan menjadi salah satu aspek penting dari ajaran beliau. Di tengah budaya patriarki yang menindas dan memandang rendah perempuan, Nabi Muhammad hadir sebagai pembela hak-hak perempuan. Beliau mengajarkan bahwa perempuan memiliki hak dan kehormatan yang sama dengan laki-laki, baik dalam kehidupan keluarga, pendidikan, maupun masyarakat secara umum.
Sebelum datangnya Islam, perempuan sering kali dianggap sebagai objek tanpa hak, baik dalam pernikahan maupun dalam aspek kehidupan lainnya. Namun, Nabi Muhammad merubah paradigma tersebut dengan memberikan perempuan hak-hak yang jelas, termasuk hak untuk menentukan pilihan dalam pernikahan, hak untuk belajar, dan hak untuk berperan dalam perekonomian.
Dalam bidang pendidikan, Nabi Muhammad menghilangkan stigma bahwa perempuan tidak layak mendapatkan pendidikan. Beliau membangun lingkungan di mana perempuan diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk menuntut ilmu. Pengakuan terhadap hak perempuan juga tercermin dalam sektor ekonomi, di mana perempuan diberikan hak untuk memiliki dan mengelola harta benda mereka sendiri, sebagaimana dinyatakan dalam QS. An-Nisa: 32.
Baca juga: Islam Menjunjung Harkat dan Martabat Perempuan Melalui Risalah Kenabian Muhammad saw |
Perubahan Paradigma
Nabi Muhammad tidak hanya mengangkat derajat perempuan, tetapi juga melakukan redefinisi terhadap otoritas laki-laki dalam hubungan sosial dan pernikahan. Dalam banyak budaya saat itu, pernikahan bersifat patriarki dengan laki-laki memiliki kontrol penuh atas perempuan. Nabi Muhammad mengajarkan sistem pernikahan yang lebih seimbang, membatasi poligami dengan syarat-syarat yang ketat, dan mendorong hubungan yang didasarkan pada rasa saling menghormati.
Beliau juga mendorong perubahan dalam cara masyarakat melihat perempuan sebagai pelaku ekonomi. Melalui Islam, perempuan diberikan hak untuk menerima warisan dan mas kawin, yang memberikan mereka posisi tawar dalam konteks ekonomi, meskipun masih dalam bentuk yang sederhana. Namun, ini adalah langkah awal menuju pengakuan penuh atas partisipasi perempuan dalam ekonomi.
Nabi Muhammad Warisan Kesetaraana
Warisan kesetaraan yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tidak hanya membentuk dasar ajaran Islam mengenai hak-hak perempuan, tetapi juga menciptakan paradigma baru tentang keadilan sosial.
Dalam konteks kehidupan masyarakat Arab saat itu, yang sangat patriarki dan hierarkis, Nabi Muhammad mempraktikkan dan mengajarkan prinsip kesetaraan yang revolusioner. Beliau menghapuskan batasan sosial yang ketat dan memperlakukan setiap individu dengan martabat dan hormat yang sama, tanpa memandang status sosial atau jenis kelamin. Warisan ini melampaui masa dan budaya, menjadi panduan penting bagi pembentukan masyarakat yang adil dan setara di seluruh dunia.
Dengan mengedepankan penghormatan terhadap perempuan dan hak-hak mereka, Nabi Muhammad telah meletakkan fondasi yang kuat bagi perlakuan adil terhadap semua orang. Nilai-nilai ini tidak hanya berlaku pada masa hidup beliau tetapi terus relevan hingga kini, menginspirasi banyak orang untuk memperjuangkan kesetaraan dan hak asasi manusia.
Pengajaran beliau tentang hak perempuan dalam pendidikan, ekonomi, dan kehidupan sosial menegaskan komitmen terhadap prinsip kesetaraan yang abadi, menggarisbawahi pentingnya mengaktualisasikan dan menerapkan warisan ini dalam setiap aspek kehidupan kita hari ini.
Editor: Ahmad Mufarrih
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Tulisan ini pertama kali diterbitkan Artikula pada: 23 November 2018
Disunting ulang untuk dilakukan beberapa penyempurnaan namun tidak mengubah substansi tulisan.
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi
Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!
Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
One Comment