Salah satu tema pokok Al-Quran ialah keadilan. Allah swt menggunakan kosakata‘adl, qisth, dan mizanuntuk mengungkapkan keadilan. Kata ‘adl yang artinya adil, seimbang, tidak berat sebelah, terulang 21 kali, qisth 22 kali, dan mizan 23 kali. Di antara ayat-ayat keadilan yang dimaksud adalah sebagai berikut (ditulis terjemahnya).
Hai orang-orang beriman, jadilah kamu penegak kebenaran, sebagai saksi dengan adil karena Allah, dan janganlah kebencianmu kepada orang membuat kamu berlaku tidak adil. Berlakulah adil. Itu lebih dekat kepada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Allah tahu benar apa yang kamu kerjakan. (QS 5:8).
Allah memerintahkan berbuat adil, mengerjakan amal kebaikan, bermurah hati kepada kaum kerabat, dan Dia melarang melakukan perbuatan keji, mungkar dan kekejaman. Dia mengajarkan kamu supaya menjadi peringatan bagimu. (QS 16:90).
Karena itu ajaklah beriman dan sabarlah sebagaimana diperintahkan kepadamu, dan janganlah ikuti hawa nafsu mereka, tapi katakanlah, “Aku beriman pada apa yang diturunkan Allah tentang Kitab dan aku diperintahkan berbuat adil di antara kamu. Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami perbuatan kami dan bagimu perbuatan kamu; tak perlu ada pertikaian antara kami dengan kamu. Allah akan menghimpun kita semua, dan kepada-Nya kita kembali.” (QS 42:15).
Allah swt memerintahkan setiap orang untuk berlaku adil kepada sesama. Adil dalam memutuskan perkara dan adil dalam memberikan kesaksian. Kebencian dan sentimen pribadi tidak boleh menghalangi seseorang untuk berlaku adil. Berlaku adil identik dengan menegakkan kebenaran, mengerjakan amal kebaikan, dan takwa kepada Allah swt.
Berlaku adil dan berbuat baik dalam suasana yang menyenangkan atau dalam suasana netral sungguh patut dipuji. Seseorang akan benar-benar diuji bila ia harus berlaku adil terhadap siapa yang membencinya atau terhadap orang yang tidak ia sukai. Setiap orang dituntut memiliki kesadaran moral yang tinggi untuk berlaku adil kapan saja dan di mana pun ia berada.
Allah tidak melarang kamu dari mereka yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu untuk bersikap baik dan berlaku adil terhadap mereka. Allah mencintai orang yang adil. (QS 60:8).
Hai orang-orang beriman, jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, meskipun terhadap diri kamu sendiri, orangtua kamu, dan kerabatmu. Baik ia kaya atau miskin; Allah akan melindungi keduanya. Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, supaya kamu tidak menyimpang. Jika kamu memutarbalikkan dan menyimpang dari keadilan, maka Allah Maha Tahu atas segala perbuatan kamu. (QS 4:135).
Adil adalah sifat Allah swt. Setiap orang niscaya berlaku adil kepada kawan maupun lawan. Untuk menegakkan keadilan orang harus menjadi saksi demi Allah, sekalipun itu akan mengganggu kepentingan diri sendiri atau kepentingan mereka yang dekat atau yang disayangi. Keadilan harus berjalan sekalipun langit akan runtuh.
Keadilan Islam lebih tinggi daripada keadilan formal menurut hukum positif mana pun yang dibuat manusia. Ia menembus sampai ke lubuk perasaan paling dalam, karena muslim melakukannya di hadapan Allah Yang Mengetahui segala benda, segala kerja dan gerak hati. Sikap memihak ke mana pun tidak benar. Setiap orang niscaya berlaku adil tanpa harus merasa takut atau terbawa oleh perasaan.
Allah swt Maha Adil dan Bijaksana (QS 95:4-8). Dia akan memberikan pahala yang tiada putusnya kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebaikan. Mereka tak perlu takut pada pengadilan Ilahi di akhirat nanti. Adapun orang-orang yang jahat tak akan dapat menghindar dari hukuman-Nya (QS 99:7-8, 101/6-9).
Setiap perbuatan baik maupun buruk, berapa pun bobot dan besarnya, akan mendapat imbalan. Penilaian di akhirat demikian sempurna, meliputi gerak hati, godaan, dan hasutan di masa lalunya. Jika kebaikan yang lebih banyak, hasil penimbangan itu akan menguntungkannya. Ridha Allah adalah puncak segala kebahagiaan.
Siapa yang menjadi perantara dalam hal kebaikan, ia akan memperoleh bagiannya dan siapa yang menjadi perantara dalam hal kejahatan, ia akan memikul bagiannya juga. Allah Maha Kuasa atas segalanya. (QS 4:85).
Allah tidak pernah merugikan seberat zarah sekalipun. Jika itu perbuatan baik Allah akan melipatgandakannya dan akan memberikan dari Dia Sendiri pahala yang besar. (QS 4:40).
Siapa yang berinisiatif melakukan suatu jenis kebaikan, maka ia akan memperoleh bagiannya, dan siapa yang berinisiatif melakukan kejahatan, akan menanggung risikonya. Allah swt tidak akan mengurangi sezarah pun pahala orang yang mengerjakan kebajikan.
Allah Maha Adil dan Maha Pemurah pada hamba-hamba-Nya. Satu kebaikan hamba dibalas oleh Allah swt sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus (QS 6:160, 2:261, 102:1-8).
Menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan perjuangan, pembangunan lembaga pendidikan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain. Rugilah mereka yang menyia-nyiakan peluang emas yang dibentangkan Allah swt untuk mengisi pundi-pundi amal demi masa depan terjauh nanti. Bentuk kebodohan manusia yang paling mendasar adalah melupakan tujuan yang hendak mereka capai. (Friedrich Nietzsche).
Tujuan kita adalah untuk mengukuhkan kehidupan ini. Kita hanya perlu menjalani hidup ini dengan penuh kesadaran, kata John Cage. Siapa yang menghendaki yang fana dalam hidup ini, Kami segerakan baginya yang demikian, apa yang Kami kehendaki, kepada yang Kami kehendaki, kemudian Kami sediakan jahanam baginya; di dalamnya ia terbakar, hina dan terusir. Siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha untuk itu dengan sungguh-sungguh, dan dia beriman, mereka itulah yang usahanya diterima oleh Allah swt. (QS 17:18-19).
Allah swt menghargai setiap usaha baik manusia. Seseorang yang memikul suatu beban tidak akan memikul beban orang lain. Bahwa yang diperoleh manusia hanya apa yang diusahakannya; bahwa usahanya akan segera terlihat. Kemudian ia akan diberi balasan pahala yang sempurna. Bahwa kepada Tuhamu tujuan akhir. (QS 53:38-42).
Allah Yang Maha Adil mencintai keadilan dan orang-orang yang berlaku adil.
Baca tulisan-tulisan Muhammad Chirzin lainnya: Kumpulan Tulisan Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag.
0 Comments