Menulis Buku Selaku Murid dan Guru

Siapa yang menghadapi kesulitan dalam menulis buku hendaklah menginsyafi bahwa sebaik-baik naskah buku ialah yang selesai.3 min


1

Berderet-deret buku menghiasai almari bapakku. Deret paling atas kitab-kitab tebal berjilid-jilid. Di kemudian hari saya mengenalnya sebagai kitab tafsir Al-Quran, fiqih,  dan tasawuf, termasuk Ihya` Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali. Deret kedua buku-buku tebal, antara lain Capita Selekta karya Muhammad Natsir. Deret di bawahnya buku-buku beraneka tema, termasuk sejumlah buku karya Hamka. Kitab dan buku-buku itu semua pernah dibaca oleh bapakku. Bapak selalui menandai pada halaman dalam sampul depan dengan tanggal mulai membaca dan di halaman dalam sampul belakang tanggal selesainya.

Betapa banyak orang yang berjasa mengajari saya membaca buku. Mula-mula saya belajar membaca buku berbahasa Jawa, Gelis Pinter Maca (Cepat Pandai Membaca) yang memuat berbagai cerita, antara lain Kancil Nyolong Timun – Kancil mencuri timun. Berikutnya saya belajar membaca buku bahasa Indonesia Bahasaku dan belajar berhitung dengan buku Cakap Berhitung. Memasuki pendidikan tingkat menengah saya belajar bahasa Inggris dengan buku Berlitz School dan bahasa Arab dengan buku Durus Al-Lughah Al-‘Arabiyyah.

Tumbuhlah kekaguman saya kepada guru kami KH Imam Zarkasyi yang telah menyusun sejumlah buku pelajaran untuk santri Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Selain buku Durus Al-Lughah Al-‘Arabiyyah, beliau juga menulis buku Ilmu Tajwid, Pelajaran Fiqih, dan Pelajaran Aqa`id. Saya pun bertekad untuk menulis buku.

Memperhatikan kebutuhan santri Gontor ketika itu, mula-mula saya menyusun buku Pelajaran Kaligrafi (1982), sebagai tanda terima kasih kepada guru kaligrafi di Pondok Pesantren Pabelan, Ustadz Drs. H. Subagyo dari Mendut Magelang dan guru kaligrafi di Gontor Ust. Rachmat Arifin dari Wajak Malang. Berkat bimbingan mereka saya meraih penghargaan Juara Harapan Kedua Kaligrafi pada MTQ Nasional di Aceh (1982), Juara I dalam Lomba Kaligrafi Nasional Menyambut Tahun Baru 1407 Hijriyah di Masjid Istiqlal Jakarta, dan Sepuluh Besar Terbaik dalam Perlombaan Kaligrafi ASEAN Brunei Darussalam (1986).

Berikutnya saya menyusun buku English Course (1982). Atas amanat Pimpinan Pondok saya bersama Ustadz Mulyono Jamal dan Ustadz Ismail menyusun buku Pelajaran Berhitung (1982). Berikutnya saya membukukan Pelajaran Mahfuzhat (1983)dan Tamrinul Qira`ah Al-‘Arabiyyah untuk santri Kelas 5 KMI (setara dengan kelas 2 Madrasah Aliyah)(1983). Saya pun mengikuti Lomba Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa PTAI Nasional dan memperoleh penghargaan Juara Harapan III dengan fiksi yang diterbitkan oleh Proyek Pembinaan Kemahasiswaan Depag RI berjudul Di Bawah Purnama Bulan Syawal (1984).

Setelah berkonsultasi dengan Ustadz KH Imam Zarkasyi saya menyusun buku Petunjuk Sederhana Pembimbing Pelajar Cara Belajar (31 Desember 1983). Beliau pun memberikan kata pengantar, antara lain, bahwa tamatan Pondok Modern Gontor banyak yang berhasil dalam studi, karena mengetahui cara belajar yang baik dan mempunyai kemauan untuk maju. Mereka tekun, sabar, dan tak kenal putus asa dalam menuntut ilmu. Tradisi pesantren bahwa santri-santri senior menjadi pembimbing adik-adiknya dalam belajar, baik pelajaran sekolah maupun kegiatan-kegiatan di luar sekolah. Apa saja yang dilihat, dirasakan, dan dilakukan santri adalah pendidikan.

Mengakhiri masa nyantri di Gontor saya menulis risalah Sarjana Muda (BA) “Al-Jihad fi Sabilillah kamazhhar lil Iman – Jihad fi Sabilillah sebagai Manifestasi Iman” di bawah bimbingan Ustadz KH Sutaji Tajuddin, MA (1983). Ketika kakak kelas, Nur Cholish Mukti, berangkat ke Mesir untuk melanjutkan studi, saya berjanji akan mengirimkan risalah Sarjana Muda saya, bukan berbentuk risalah, tetapi buku. Alhamdulillah terbit berupa dua buku Konsep dan Hikmah Akidah Islam (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997), dan Jihad fi Sabilihah: Tinjauan Normartif, Historis, dan Prospektif (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997). Ketika kedua buku tersebut terbit bapak saya berpesan, “Niatkanlah menulis buku untuk menyebar ilmu.”

Memulai karir sebagai Dosen di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga (1990) saya mendapat tugas mengampu mata kuliah Tafsir Al-Quran dan Ulumul Quran. Saya pun menempuh studi S2 di Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dilanjutkan S3 pada Program yang sama. Terpesona oleh penguasaan ilmu-ilmu Al-Quran Ustadz M. Quraish Shihab dan buku beliau, Membumikan Al-Quran (Bandung: Mizan, 1992), saya menyiapkan buku ajar, Al-Quran dan Ulumul Quran (Yogyakarta: Dana Bhakti Primayasa, 1997). Tesis S2 saya pun diterbitkan oleh penerbit yang sama, Pemikiran Tauhid Ibnu Taimiyyah dalam Tafsir Surah Al-Ikhlash (1997).

Sambil menyelesaikan tugas akhir studi S3 saya menulis sejumlah buku dengan semangat yang sama, berbagi ilmu. Usai diujikan dalam promosi doktor (2003) disertasi saya disertakan dalam seri penerbitan disertasi oleh Litbang Kementrian Agama RI, Perbandingan Penafsiran Rasyid Ridha dan Sayyid Quthb tentang Jihad dalam Al-Quran (2005). Buku tersebut diterbitkan ulang berjudul Kontroversi Jihad Modernis vs Fundamentalis: Rasyid Ridha dan Sayyid Quthb (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2018) bersama hasil kajian atas karya Ulil Absar-Abdalla, Luthfi Assyaukani dan Abd Moqsith Ghazali, Metodologi Studi Al-Quran (Jakarta: Gramedia, 2009) berjudul Fenomena Al-Quran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2018). Disusul buku 365 Renungan Harian Al-Quran (Bandung: Mizania, 2018). Saya pun memperoleh penghargaan Juara III Penulisan Karya Ilmiah Dosen PTAI 2004.

Bersyukur, lima dari sejumlah buku saya diterbitkan oleh Gramedia, yaitu Kearifan Al-Quran  (Jakarta: Gramedia, 2011), Nur ‘ala Nur: 10 Tema Utama Al-Quran (Jakarta: Gramedia, 2011), Kamus PintarAl-Quran (Jakarta: Gramedia, 2011), Kearifan Semesta: Inspirasi untuk Kesuksesan dan Kebahagiaan (Jakarta: Gramedia, 2015), dan Tafsir Al-Fatihah dan Juz ‘Amma untuk  Usia 12 Tahun ke Atas ((Jakarta: Gramedia-Kalil, 2017). Dua judul pertama diterbitkan di Kualalumpur atas kerja sama Gramedia dengan sebuah penerbit Malaysia Synergy Media (2012).

Selaku murid saya menulis buku sebagai tanda terima kasih kepada para guru dan sebagai guru saya berharap murid-muridku juga menulis buku. Siapa yang menghadapi kesulitan dalam menulis buku hendaklah menginsyafi bahwa sebaik-baik naskah buku ialah yang selesai.


Like it? Share with your friends!

1
Muhammad Chirzin
Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag. adalah guru besar Tafsir Al-Qur'an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Anggota Tim Revisi Terjemah al-Qur'an (Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur'an) Badan Litbang Kementrian Agama RI.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals