Bencana dan Azab : Serumpun Namun Tak Sama

Bencana dan azab seringkali di pahami sebagai satu makna yang sama, tapi benarkah demikian?4 min


0
9 shares
maxmanroe.com

Bencana yang melanda manusia, sudah barang tentu merupakan sebuah keniscayaan atau sebuah hal yang pasti terjadi menimpa mereka. Ia ada tanpa diundang, begitu saja hadir di depan kita, serantak merampas dan sontak tak bisa kita tolak.

Di Indonesia, pita hitam sudah dikibarkan dimanapun berada, dulu, tidak lama dari sekarang, tiga bulan yang lalu Gempa bumi menghantam lombok, dilansir dari Kompas, tidak lama dari gempa awal bermagnitudo 6,4 SR yang terjadi tanggal 29 Juli 2018 itu, terjadi 524 gempa susulan di kemudian hari. Dentuman yang tiada henti itu pun dirasakan oleh Pulau Bali, juga pulau Sumbawa.

Satu bulan kemudian, Gempa itu merembet ke Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan kekuatan gempa sebesar 5,8 SR, getaran itu terasa dari Purworejo di Jawa Tengah sampai Trenggallek di Jawa Timur.

Dan kini, untuk Gempa Palu, nampaknya tidak perlu dijelaskan panjang lebar, kita sudah tahu semua tentunya, sekian ribu jiwa melayang, dusun demi dusun perlahan mulai hilang, jembatan kuning yang berdiri kokoh, yang sekian lama menjadi icon kota tersebut, runtuh luluh lantak tak tersisa. Sekian doa tentunya mengalir deras di berbagai penjuru negeri atas luka-luka yang menimpanya.

Namun sayang, Entah dari mana asalnya dan bermuara dari mana, sampai kini -masih saja- ada orang-orang yang beranggapan bahwa ini merupakan sebuah pertanda bahwa azab muncul untuk mereka. Lalu di kemudian dengan berlaga bak Agamawan yang sejati menanyakan dosa apa yang membuat kalian diperlakukan seperti ini sama Tuhan ?.

Bencana : Azab dari Allah ?

Barangkali tidak ada salahnya, dalam momentum penuh duka ini, ujug-ujug kita merasa punya banyak dosa kepada Yang di atas, bermuhasabah, berkomitmen untuk lebih dekat lagi kepada-Nya. Iya memang tidak salah, sudah barang tentu itu sebuah keharusan bagi hamba yang merasa lemah didepan Tuhan-Nya. Namun ada satu hal yang perlu kita catat untuk hal itu, mari kita renungkan bersama apa benar iya Tuhan marah pada kita saat itu? 

Dulu, sekian riwayat datang kepada kita, kaum Nuh membangkang pada Nabinya, Tsunami dahsyat terjadi melahap mereka semua. Kaum Sodom dengan kebiadabannya menyukai sesama jenis, Tuhan turunkan dentuman letusan gunung api yang sangat keras pada mereka. Pengikut Firaun dengan sekian perlawanannya terhadap Musa, Allah tenggelamkan mereka ke Laut. Dibakar, dihanyutkan, dihancurkan itu akan kalian rasakan, seandainya kalian membangkang Tuhan, begitu katanya.

Persoalannya, kita tidak pernah tahu, apa benar iya setiap bencana yang datanng pada kita semua, itu tepat jika kita tafsirkan dengan sebuah Azab? Lantas Bencana yang mana lagi, yang kamu dustakan jika seandainya, suatu daerah yang dilanda bencana tersebut, di kemudian kita tahu ada sekian Ulama alim di dalamnya, ada banyak orang-orang saleh juga, dan ada sekian anak-anak kecil nan polos yang tidak tahu menahu apa itu ajaran agama, apa itu sholat dan bagaimana caranya. Lantas ujug-ujug bencana tetap datang juga menghantam kita semua.

Baca juga:  Politik yang Mengurangi Nalar dan Rasa Kemanusiaan

Jadi begini, jika kita sedikit mau menengok Al-Quran, ada sekian istilah yang digunakan Al-Quran itu sendiri di dalam menyebutkan term bencana dan sejenisnya. Tidak hanya satu.

Profesor Quraish Shihab mengklasifikasikan bahwa Al-Quran menyebut bencana dengan empat sebutan:musibah, bala’, fitnah, dan azab. Keempat kata ini, mereka semua berdiri di atas konteksnya masing-masing.

Allah menyebut musibah di dalam konteks perusakan-perusakan alam yang diakibatkan oleh manusia itu sendiri, seperti longsor dan banjir, maka di kemudian lahir ayat berbunyi “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Q.S. al-Syura:30).

Sedangkan untuk Bala’ atau ujiansecara umum kata ini digunakan dalam Al-Qur’an bermakna ujian.Allah menyebut kata ini dengan konteks tidak mengenal siapapun orangnya, beriman maupun tidak, Allah akan turunkan jenis bencana ini untuk manusia. Dalam Al-Qur’an kata ini digunakan untuk ujian yang dapat menampakkan kualitas keimanan seseorang.

Bala’ atau ujian adalah kehendak Tuhan, sehingga terjadinya balaatau ujian tanpa keterlibatan manusia sebagai objeknya. Hal ini karena bala’ merupakan keniscayaan dari Allah. Ini yang kemudian Allah sebutkan didalam firman-Nya : “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapà di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. al-Mulk: 2). 

Sedangkan untuk fitnah, Al-Qur’an menggunakan kata ini dalam arti siksa atau ujian. Kata fitnah dan bala sebetulnya memiliki arti yang sama yaitu, ujian atau cobaan. Berulang kali Al-Qur’an menggunakan kata fitnah selalu disandingkan dengan kata bala’atau ujian. Dilihat dari konteks penyebabnya, fitnah dijatuhkan oleh Allah secara langsung sebagai peringatan.

Dan untuk Azab sendiri, Al-Quran menyebutkan bahwa‘azab (siksa) diberikan oleh Allah sebagai siksaan hanya kepada orang-orang yang berbuat durhaka. Tujuan ’azab diturunkan oleh Allah kepada penduduk di muka bumi ini adalah untuk menyadarkan kedurhakan mereka, supaya mereka tidak mengulangi perbutannya lagi. Inilah yang dikemudian baru bisa kita relasikan dengan kisah-kisah para umat Nabi dahulu yang membangkang.

Yang menjadi permasalahan di kemudian ialah orang-orang di kebanyakan menganggap di antara ke empat istilah tersebut (musibah, bala’, fitnah, dan azab) terbatas di dalam satu fragmen sebutan bencana saja, padahal bencana itu sendiri -seperti yang telah dijelaskan di atas- Al-Quran menyebutkan nya dengan berbagai macam istilah.

Dengan keadaan seperti itu, lanjut, bisa jadi lahir timpang tindih ada kesalahan dalam penyebutannya, atau tertukar, setiap bencana dianggap Azab misalkan, lalu di kemudian mengait-ngaitkan atas bencana yang datang di wilayahnya dengan ayat ayat yang menerangkan tentang azab.

Al-Quran seperti yang di kebanyakan orang tahu, memiliki karakteristik yang sangat unik dan sangat menjengkelkan memang untuk dapat memahami secara betul isinya. Tapi dari hasil kesabaran atas kejengkelan itu lah yang dikemudian justru yang membuat kita tahu dan sadar betul bahwa kata-katanya memang bukan main untuk direnungkan, dipahami, dan didalami.

Kenapa Allah menuntun kita harus mendalami Al-Quran jika bukan fakta bahwa ia memang berada di tempat yang sangat dalam dan bawah. Hanya orang-orang terpilih lah yang kemudian disebut ulama yang dapat menjangkaunya untuk rela turun ke bawah dan kembali ke atas mengambil pesan-pesannya kepada kita semua. Inilah bukti betapa pentingya kita berpegang kepada ulama dalam perujukannya kita kembali kepada Al-Quran, contoh yang paling nyata iya tidak lain dan tidak bukan penyebutan bencana dan azab ini.

Baca juga:  Ulama Mengubah 186 Kata dalam Al-Quran?

Akhirul Kalam, Mari kita mendoakan yang terbaik dan bantu semampu kita untuk mereka yang akhir-akhir ini terkena dampak bencana. Tanpa harus memikirkan apa dosa mereka, bagaimana penegakan agama disana atau bahkan untuk hal-hal yang -maaf- sereceh ulama-ulamanya berada di kubu mana.

Referensi-referensi :

K.H. Muhadi Zainuddin, Teologi Bencana Dalam Al-Quran, (jurnal), Yogyakarta, Fakultas Ilmu Agama Islam UII, tt.

M. Quraish Shihab, Musibah Perspektif al-Qur’an, dalam Jurnal Jurnal Studi al-Qur’an, Vol. I, No. 1, Januari 2006.


Like it? Share with your friends!

0
9 shares

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
0
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
0
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
0
Wooow
Keren Keren
0
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Syafiq Taftazani
Lahir di Serang pada tanggal 6 Agustus 1998. Menempuh pendidikan di Mts Darul Hikam al Islami Bandung, MA Sunan Pandanaran Yogyakarta dan sekarang sedang menempuh studi di perguruan Tinggi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan mengambil prodi Ilmu al Quran dan Tafsir. Bisa dihubungi melalui email : [email protected] dan no hp 089604139353

One Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals