Nyi Ageng Serang, Pahlawan Perempuan Asal Grobogan

Nyi Ageng Serang merupakan pahlawan nasional yang hampir terlupakan, mungkin karena namanya tak sepopuler RA Kartini atau Cut Nyak Dien.3 min


3
Sumber gambar: harianmerapi.com

”Apa arti hidup kalau hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, lebih baik membicarakan nasib rakyat”.

Seorang taktikus, patriotik, pantang mundur dalam perjuangannya, militan, watak keras, cerdas, cerdik, budi pekerti yang lembut dan halus, Nyi Ageng Serang namanya. Nyi Ageng Serang atau Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi.

Nyi Ageng Serang, perempuan yang dididik oleh kedua orang tuanya yang terkenal berdarah patriot, anti penjajahan dan anti pengaruh asing. Tetapi penuh semangat juang untuk mengangkat mutu nasional di antara rakyat. Beliau lahir di Serang, Perbatasan Purwodadi-Sragen, Jawa Tengah pada tahun 1762. Beliau adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia.

Nyi Ageng Serang adalah salah satu keturunan Sunan Kalijaga dari trah Panembahan Hadi yang berkedudukan di Kadilangu Demak, ia juga mempunyai keturunan seorang pahlawan nasional yaitu Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara.

Nyi Ageng Serang merupakan pahlawan nasional yang hampir terlupakan, mungkin karena namanya tak sepopuler RA Kartini atau Cut Nyak Dien, tetapi beliau sangat berjasa bagi negeri ini.

Nyi Ageng Serang yaitu putri dari Pangeran Natapraja yang menguasai wilayah terpencil dari kerajaan Mataram tepatnya di Serang yang sekarang wilayah perbatasan Grobogan-Sragen, Jawa Tengah yang juga merupakan Panglima Perang Sultan Hamengkeubuwono I.

Baca Juga: Hj. Rahmah: Tokoh Perempuan Pendidik dan Produktif dari Tembilahan

Pernikahan 

Nyi Ageng menemukan tambatan hati, Bukan karena pangeran itu membawakan harta-kekayaan yang banyak, tetapi justru karena suaminya itu memiliki jiwa cinta tanah air yang tidak kalah kuatnya Pangeran Mutia Kusumowijoyo namanya. Nyi Ageng kemudian memutuskan untuk menikah dengan sang pujaan hati yang juga sama-sama anti penjajah. Dari pernikahan tersebut, Nyi Ageng dan suaminya dikaruniai seorang putra dan seorang putri.

Setelah putrinya yang bernama Raden Ajeng Kustinah cukup umur, untuk mempererat tali persahabatan, Nyi Ageng menikahkan sang putri dengan putra Sultan Hamengkubuwono II yang bernama Pangeran Mangkudiningrat. Dari pernikahan mereka lahirlah seorang putra yang dinamakan Raden Mas Papak atau yang juga sering dijuluki Pangeran Arya Papak.

Sebagai Suri Tauladan 

Waktu kecil Nyi Ageng Serang dikenal dekat dengan rakyat, meskipun Nyi Ageng Serang statusnya putra Bangsawan, tetapi setelah dewasa dia juga tampil sebagai salah satu panglima perang melawan penjajah. Semangatnya untuk bangkit selain untuk membela rakyat, kepemimpinan yang arif bijaksana sehingga menjadi suri tauladan bagi penganut-penganutnya.

Tekadnya keras untuk lebih maju dalam berbagai bidang, dengan jiwa patriotisme dan anti penjajahan yang kuat dan konsekuen. Imannya teguh terhadap Allah SWT dan terampil dalam menjalankan peran gandanya sebagai pejuang sekalligus istri/ibu rumah tangga dan pendidik utama putra-putranya.

Nyi Ageng Serang mewarisi jiwa dan sifat ayahandanya yang sangat benci kepada penjajahan Belanda (VOC) dan memiliki patriotisme yang tinggi. Menyimpang dari adat kebiasaan yang masih kuat mengingat kaum wanita masa itu, Nyi Ageng Serang mengikuti latihan-latihan kemiliteran dan siasat perang bersama-bersama dengan para prajurit pria.

Keberaniannya sangat mengagumkan, dalam kehidupannya sehari-hari beliau sangat berdisiplin dan pandai mengatur serta memanfaatkan waktu untuk kegiatan-kegatan yang bermanfaat. Pandangannya sangat tajam dan menjangkau jauh ke depan.

Sebuah Perjuangan 

Setiap perlawananya pahlawan dan pejuang wanita ini selalu menggunakan seragam dan berkuda putih. Tidak pernah meninggalkan pasukan semut hitam. Suatu barisan yang selalu di atur posisinya supaya dapat bersiap siaga dalam keadaan apapun.

Menurut keyakinannya, selama ada penjajahan di bumi pertiwi, selama itu pula rakyat harus siap tempur untuk melawan dan mengusir penjajah. Karena itu rakyat terutama pemudanya dilatih terus-menerus dalam hal kemahiran berperang. Hal itu rupanya dapat diketahui oleh penjajah Belanda.

Semangat patriot dan rasa bencinya Nyi Ageng Serang terhadap Belanda yang sangat mendalam selama waktu itu terpendam dengan terjadinya peristiwa tersebut. Bagaikan bara api yang tersiram minyak, sehingga kembali berkobar lagi. Nyi Ageng Serang bangkit serentak bersama suami dan pengikut-pengikutnya langsung mengambil sikap nyata memihak kepada Pangeran Diponegoro dan melancarkan perlawanan terhadap Belanda.

Baca Juga: Fatima Mernissi: Bukti Keberanian Pemikir Perempuan

Tutup Usia 

Perang berlangsung sampai dengan waktu yang cukup lama, sedangkan Nyi Ageng Serang makin hari makin mendekati titik akhir dari hayatnya.

Menjelang usia 76 tahun, karena beban tugas bercampur derita lahir-batin yang berat dan bertubi-tubi datangnya, kesehatan Nyi Ageng Serang makin mundur, walaupun semangat juangnya masih tetap tinggi.

Akhirnya beliau jatuh sakit dan kemudian wafat pada tahun 1828. Beliau dimakamkan di Dusun Beku, Pagerarjo, Kalibawang, Kulonprogo. Makam ini terletak di atas bukit kurang lebih 6 km dari jalan Dekso-Muntilan. Jarak dari Yogyakarta ± 32 km, dari kota Wates ± 30 km.

Tidak hanya itu, untuk mengenang jasa Nyi Ageng Serang adanya sebuah tanda yaitu dengan sebuah patung yang diletakkan di sudut barat Simpang Lima Wates, Kulon Progo. Akan tetapi, karena tidak ada keterangan pada tugu tersebut sehingga kerap disebut masyarakat sebagai Patung Kuda.

Patung baru yang lebih besar dan sudah diberi plang kemudian diletakkan di tengah-tengah Simpang Lima Wates. Sedangkan patung lama dipindahkan ke RSUD Nyi Ageng Serang yang berada di Sentolo, Kulon Progo

Sumber

S. Soetomo dan Wongso, Honggo. Perjuangan wanita sejagat menuntut hak politik. 1990. Jakarta: Balai Pustaka

R.Soelistijanto. Nyi Ageng Serang Tokoh Wanita Pejuang Bangsa. Semarang: FIPSIKIP Veteran, 2014.

Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial. Profil Pahlawan Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial, Kementerian Sosial, 2016.

http://digilib.uinsby.ac.id/1621/Kayatun.Nyi Ageng Serang Dalam Perang Diponegoro. Skripsi. Surabaya:UIN Sunan Ampel,1995

Editor: Ainu Rizqi
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂

Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!

Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!

 


Like it? Share with your friends!

3

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals