Kenapa Ada Kewajiban dalam Islam?

Kewajiban dalam Islam haruslah dipahami sebagai anugerah, karena di dalamnya terdapat hikmah seperti mendatangkan kebaikan dan menghindarkan dari segala keburukan.3 min


Kenapa Ada Kewajiban dalam Islam?
Ilustrasi: Tentara yang Masih Menyempatkan Waktu Istirahatnya untuk Salat (Sumber: swarakaltim.com)

Jika seseorang berbicara mengenai muslim, maka semestinya ia juga harus berbicara tentang Islam. Karena tanpa memahami makna Islam, seseorang tidak akan mampu mendefinisikan makna muslim seutuhnya. Keduanya adalah entitas yang tidak bisa dipisahkan laksana roh dan jasad, seseorang tidak akan bisa hidup tanpa kehadiran salah satu dari keduanya.

Begitulah hakikat ontologis muslim jika disandingkan dengan Islam. Seseorang tidak bisa disebut sebagai muslim tanpa berislam terlebih dahulu, dan Islam idealnya termanifestasi dalam perilaku seorang muslim sejati.

Secara etimologis, kata Islam berasal dari bahasa Arab aslama-yuslimu-islāman. Dalam kamus Lisān al-‘Arab dijelaskan bahwa Islam memiliki makna semantikantara lain sebagai berikut:

Tunduk dan patuh (khadha’a-khudhū ‘wa istaslama-istislām), menyerah, menyerah, menyerah, menyerah (sallama – taslīm), ikuti (atba’a- itbā ‘), memenuhi, menyampaikan (addā-ta’diyyah), memasuki kedamaian, keamanan, atau kemurnian (dakhala fi al-salm au al-silm au al-salām).

Jadi, singkatnya Islam dapat dipahami sebagai aslama, yang berarti “menerima, menyerah, atau tunduk” kepada Tuhan.

Sementara itu, menurut terminologi, Islam adalah kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Swt, dan Muhammad saw adalah hamba dan utusannya, melakukan salat, memberikan zakat, puasa selama bulan Ramadhan, dan melakukan haji jika memungkinkan.

Istilah ini bersumber setidaknya dari lima ulama hadis, yaitu: Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, dan Abu Daud.

Belakangan, Islam juga bisa diartikan sebagai agama yang diwahyukan Allah kepada nabi Muhammad yang berisi tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam semesta.

Dari uraian ini dapat dipahami bahwa Islam adalah agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saw dan merupakan salah satu agama Semit (agama Abrahamik) yang memanggil orang untuk monoteisme (menekankan hanya satu Tuhan).

Sebagai agama yang diyakini komprehensif oleh pemeluknya, dalam ajaran Islam terdapat usaha untuk menyatukan berbagai masalah moral dan materiil, dan mencakup berbagai aktivitas manusia di dunia dan akhirat.

Bahkan filsafat umum Islam menggabungkan kedua masalah ini, dan tidak membedakan antara keduanya selain perbedaan persepsi dan periodisasi.

Menurut Yusuf Qardhawi, “Islam sejati” adalah iman dan ibadah, tanah air dan kebangsaan, toleransi dan kekuatan, moralitas dan material, budaya dan hukum. Sehingga ajaran Islam itu sendiri tidak hanya terbatas pada perbudakan dan ketuhanan, tetapi juga kebaikan, kemanusiaan dan pengalaman.

Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani, ketika seseorang mendakwakan diri sebagai muslim pada saat itu juga ia memiliki tiga kewajiban yang harus ditunaikan.

Tiga kewajiban ini harus diperhatikan dalam keadaan apapun, yaitu: Pertama, melaksanakan segala perintah Allah. Kedua, menjauhi segala laranganya. Ketiga, rida atas segala ketentuan dan ketetapan darinya.

Jadi, seorang muslim harus menjaga ketiga kewajiban tersebut dan pada saat bersamaan ia juga harus memusatkan segala perhatian, daya upaya, mengkonsolidasikan jiwa, hati dan raga untuk menyempurnakan kewajiban yang diberikan oleh Allah Swt dalam segala kondisi.

Tiga kewajiban di atas hendaknya tidak hanya dimaknai sebagai kewajiban atau bahkan dianggap sebagai “beban” menjadi seorang muslim, karena Muhammad saw dan Islam dihadirkan bagi kemakmuran manusia serta kemanusiaan selaras dengan alam (rahmatan lil ‘alamin).

Baca Juga: Apa Makna Muhammad Saw Sebagai Rahmatan lil ‘Alamin?

Segala perintah, larangan dan ketentuan Allah dalam ajaran Islam selalu memuat dua aspek utama: ketuhanan dan kemakhlukan (kemanusiaan dan kealaman).

Keyakinan seperti ini harus terpatri di dalam hati dan dimanifestasikan dalam perilaku seorang muslim agar tidak terjadi ketimpangan dan ketidakseimbangan dalam konsepsi maupun interaksi yang terkadang dapat mengakibatkan sangkaan buruk terhadap ketentuan Allah, abai terhadap sesama manusia, semena-mena terhadap alam dan sebagainya.

Kewajiban harus dimaknai sebagai kebutuhan manusia (muslim) dalam kehidupan dunia maupun akhirat, seperti sendi-sendi yang membutuhkan sujud, raga yang membutuhkan sembahyang dan hati yang membutuhkan zikrullâh.

Menjauhi larangan sebagai salah satu kewajiban juga seyogyanya dipahami sebagai keniscayaan untuk dilakukan, karena pada hakikatnya sesuatu yang dilarang memang mengandung keburukan atau dapat menjadi penyebab dari keburukan itu sendiri.

Misalnya, khamar (miras) yang berpotensi tinggi merugikan tubuh dan orang sekitar, perzinahan yang merusak moralitas dan hubungan sosial, pencemaran lingkungan yang berakibat pada kerusakan ekosistem dan lain-lain.

Berbagai bentuk kewajiban, larangan, ketentuan dan ketetapan Allah Swt sepantasnya dihadapi dengan lapang dada atau bahkan kebahagiaan, sebab itu semua diperuntukkan bagi manusia dan alam.

Agama hadir untuk manusia, dan bukan untuk Allah Swt. Ketaatan atau kemaksiatan manusia tidaklah berpengaruh bagi kekuasaan Allah, manusia yang membutuhkan Allah serta tuntunannya melalui Agama.

Syariat diciptakan sebagai sarana memperbaiki dan mengatur kehidupan manusia di dunia, bukan semata-mata sebagai sarana ibadah kepada Allah Swt.

Oleh sebab itu, keabsahan salat seorang muslim selain dilihat dari sisi fikih, dilihat juga sisi aksiologis. Apakah salat tersebut berpengaruh positif dalam kehidupan? Jika tidak, maka ada sesuatu “yang salah” dari salat atau hati pelaku, karena sesungguhnya salat dapat menjauhkan manusia dari perbuatan fahsyâ’ dan munkâr.

Baca Juga: Apa Bedanya Fahsya’ dan Munkar dalam Al-Qur’an? (Analisis Teori Anti-Sinonimitas)

Bagi sebagian muslim bergelar waliyullah, kewajiban merupakan salah satu bentuk cinta dan kasih sayang Allah secara khusus kepada mereka yang beriman (al-Rahīm).

Ini adalah anugerah terindah di dunia yang Allah tunjukkan secara langsung melalui wahyu (al-Qur’an) dan sabda utusannya (Muhammad saw).

Selain itu, kewajiban juga mereka rasakan sebagai sarana penghubung antara hamba dengan Tuhan baik secara lahir maupun batin.

Keterhubungan secara konsisten tersebut pada akhirnya menjalin sebuah ikatan tak terlihat yang membuat seorang muslim merasakan kehadiran Allah dalam segala situasi dan kondisi (muraqabah).

Dengan demikian, kewajiban harus dipahami sebagai anugerah (bukan beban) dan patut disyukuri eksistensinya dengan melaksanakan semaksimal mungkin.

Editor: Hadi Wiryawan

_ _ _ _ _ _ _ _ _
Jadi, bagaimana pendapat Anda tentang artikel ini? Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! 

Anda juga bisa mengirimkan naskah Anda tentang topik ini dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.iddi sini!


Like it? Share with your friends!

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
0
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
2
Suka
Ngakak Ngakak
1
Ngakak
Wooow Wooow
1
Wooow
Keren Keren
0
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Muhammad Rafi

Master

Nama saya Muhammad Rafi. Saya berasal dari Kalimantah selatan, lebih tepatny kota Amuntai, sebuah kota yang terkenal dengan itik panggang dan apamnya. Saya dilahirkan di sebuah desa kecil yang bernama Kaludan Besar, pada tanggal 19 Juli 1997 bertepatan dengan 11 Rabiul Awal. Saya adalah anak pertama dari 4 orang bersaudara dari pasangan Abdul Gani Majidi dan Maimunah. Dalam perjalanan pendidikan dan keilmuan, saya memiliki 2 basic, sekolah negeri dan pondok pesantren. Mulai dari MI dan SD, MTs, Aliyah dan Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidyah Amuntai. Saat ini say sedang berkuliah di UIN Sunan Kalijaga Jurusan Ilmu al-Qur'an dan Tafsir sekaligus sebagai Mahas Santri di Pondok Pesantren LSQ ar-Rohmah Bantul.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals