Warisan Guru Sepanjang Waktu

“Membaca membuka otak dari kegelapan. Kalau seseorang tidak membaca buku, maka bagaimana ia bisa membuka otaknya dari suasana terkucil;”3 min


4

Guru. Gu-ru… Begitulah kita mengeja. Kepanjangannya “digugu lan ditiru”; diindahkan dan dicontoh. Ki Hajar Dewantara merumuskan karakter guru dalam sistem among: Ing ngarsa asung tuladha, ing madya mangun karsa; tut wuri handayani – di depan memberi teladan; di tengah menggerakkan; di belakang memberi dukungan.

Guru sejati memperlakukan murid-murid seperti anak sendiri. Bagai petani, guru mencurahkan perhatian pada benih yang telah ia tebar; menyemai, menyirami, dan menyiangi.“Awalnya aku hanyalah butiran-butiran kemungkinan. Gurukulah yang membuka dan mengembangkan kemungkinan itu.” Demikian kesaksian Helen Keller.

­­­Guru mengajari kita untuk berpikir. “Ubahlah pikiranmu, dan kau sudah mengubah duniamu;” “Pikiran positif dalam hal apa pun pasti lebih baik ketimbang pikiran negatif;” “Dalam melakukan pengobatan, obatilah dulu pikiran;” “Pensil tajam akan membuat tulisan kita tajam pula. Akal yang tajam pasti juga akan membuat keputusan-keputusan tajam;” “Berpikir benar, berkata benar, berbuat benar, dan berkebiasaan benar, serta berkarakter benar.”

Guru mengajari kita membaca dan menulis. “Apabila manusia berada pada ilmu yang hakiki, maka ia akan bersemangat untuk mengajarkannya;” “Otak kita adalah ibarat raksasa tidur;” “Membaca membuka otak dari kegelapan. Kalau seseorang tidak membaca buku, maka bagaimana ia bisa membuka otaknya dari suasana terkucil;” “Membaca adalah memperkaya perbendaharaan jiwa; oleh karena itu sangat membahagiakan.”

Guru menginsafkan kita akan proses. Guru memberi pencerahan dan menggugah kesadaran akan potensi yang terpendam. “Sudah pasti kewajiban utama manusia ialah memperkembangkan diri sendiri, seperti dilakukan bangsa Yunani purba yang luar biasa itu;” “Kesadaran, sekalipun hanya sesaat saja, sering lebih berharga daripada pengalaman sepanjang hidup;” “Apabila seseorang bekerja sebagai penyapu jalan, ia harus menyapu jalan seperti Michelangelo melukis, Beethoven mencipta musik, atau Shakespeare menulis puisi.”

“Orang terpelajar ialah orang yang pandai menggunakan waktunya untuk belajar;” “Manakala kita menyadari bahwa kita menyeleweng, adalah kewajiban kita untuk berbalik dan kembali meneruskan perjalanan yang benar;” “Memiliki pengetahuan berarti mengerti tujuan yang benar dan salah, mengerti hal-hal yang mulia dan yang hina;” “Ilmu pengetahuan tanpa hati nurani, tidak lain hanyalah reruntuhan jiwa.”

“Dengan sarana kebebasan, toleransi dan pendidikan orang-orang hebat dan bijak telah membuka jalan untuk menyelamatkan seluruh dunia;” “Kalau kebenaran menghalangi jalan kita, berarti kita sedang berada di jalan yang salah;” “Kemampuan kita untuk meraih sukses dalam perjalanan hidup yang panjang ini tidak tergantung hanya pada inteligensia saja;” “Kemajuan adalah hasil pemusatan kekuatan jiwa dan pikiran kepada cita-cita yang dituju.”

“Tidak rugi orang yang minta keterangan dan bermusyawarah.” “Pikiran sama dengan adonan beton; jika tidak diaduk terus-menerus akan membeku dan mengeras.” “Pikiran-pikiran kita adalah benih, dan panenan yang kita petik bergantung pada benih yang kita tanam.” “Orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri adalah orang biadab, betapa pun tinggi pengetahuannya.”

“Setiap orang tahu jalan menuju sukses, tetapi tidak semua orang menempuhnya;” “Bila engkau berjumpa dengan seseorang yang mengagumkan, ketahuilah, bahwa ia telah melakukan apa yang belum engkau lakukan;” “Pengetahuan manusia ibarat air, sebagian datang dari atas dan sebagian memancar dari bawah; yang dari bawah cahaya alam, dan yang dari atas ilham Ilahi.”

“Luangkan sedikit waktu setiap hari untuk menganjurkan dan meyakinkan diri sendiri: setiap hari saya berkembang maju; setiap hari saya tumbuh; setiap hari saya makin bijaksana; setiap hari saya tambah dewasa; setiap hari saya mampu rileks; setiap hari saya bertambah percaya diri; setiap hari saya makin damai di hati; setiap hari saya makin bahagia;” “Jadilah manusia yang mulia, suka menolong dan berbuat baik, karena hal-hal itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lain.”

Pandangan tentang nilai karakter, “Kecerdasan budi tidak kurang pentingnya daripada kecerdasan akal, bahkan paling perlu dalam kehidupan manusia;” “Tingkah laku yang sopan dan hormat terhadap orang lain adalah dua sifat utama seorang yang bijaksana;” “Orang dengan kemampuan rata-rata, yang mengenali kekurangan dan berusaha keras untuk mengimbanginya, bisa memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tak memiliki kekurangan, namun kurang keras berusaha.”

“Dalam segala hal, yang terbaik adalah jalan tengah; segala sesuatu yang melampaui batas menimbulkan kesukaran;” “Sebagai warga dunia kita perlu kesadaran baru, bahwa kita sedang hidup bersama dengan orang lain yang memiliki latar belakang kewarganegaraan, agama, sosial dan budaya yang berbeda;” “Harga suatu umat beragama ialah selama mereka memegang teguh agamanya; harga suatu bangsa terletak dalam kemampuan mereka memegang identitasnya.”

Etos belajar dan kesungguhan: belajar dari siapa saja. “Adalah orang yang demikian bijaksananya sehingga mau belajar dari pengalaman orang lain;” “Percaya diri dan kebanggaan di akhir perjuangan menerobos tembok kendala, akan memberi keyakinan yang makin tinggi, dan keyakinan ini akan membimbing menuju ke sukses berikutnya yang lebih besar;” “Kalau tak ada jalan aku akan membuatnya; tiada sesuatu yang mustahil bagi orang yang mau.”

Berusaha membahagiakan guru. “Kebanggaan guru paling besar ialah jika seseorang muridnya melebihi dirinya;” “Guru menginspirasi untuk bercita-cita, sekurang-kurangnya menjadi seperti dia;” “Isilah ruang hati dengan pikiran-pikiran yang mulia, agar tak ada tempat terluang bagi masuknya pikiran-pikiran jahat;” “Tidak mungkin seorang manusia berbuat demi kemaslahatan umum, jika ia tidak merasakan adanya ikatan antara dirinya dengan orang lain.”

“Orang yang mempelajari undang-undang kebijaksanaan tanpa menerapkannya dalam kehidupannya sendiri, sama dengan seorang petani yang tidak menaburkan benih;” “Berbuatlah apa yang baik dalam batas-batas kemampuanmu; dengan cara-cara yang terbuka bagimu; di segala tempat yang ada dalam pengetahuanmu; dalam setiap waktu yang tersedia bagimu; kepada semua orang yang ada dalam jaungkauanmu; sepanjang masa hidupmu.”

Terima kasihku kuucapkan
Pada guruku yang tulus
Ilmu yang berguna selalu dilimpahkan
Untuk bekalku nanti.

Setiap hari kudibimbingnya
Agar tumbuhlah bakatku
Kan kuingat selalu nasihat guruku
Terima kasih kuucapkan.

Ya Allah, ampunilah dosaku, kesalahanku, dan kekuranganku; maafkanlah orangtuaku dan guru-guruku; buatkanlah untuk mereka rumah-rumah di dekat-Mu dalam Firdaus.

Baca tulisan-tulisan Muhammad Chirzin lainnya: Kumpulan Tulisan Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag.


Like it? Share with your friends!

4
Muhammad Chirzin
Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag. adalah guru besar Tafsir Al-Qur'an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Anggota Tim Revisi Terjemah al-Qur'an (Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur'an) Badan Litbang Kementrian Agama RI.

0 Comments

Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals