Ashabul Kahfi, Pemuda-pemuda Penghuni Gua, tertera dalam Al-Quran surah Al-Kahfi. pelajaran tentang kenisbian waktu dan keberpihakan Tuhan kepada orang beriman serta ujian bagi pembacanya.
Apakah engkau membayangkan, bahwa para Penghuni Gua dan prasasti itu tanda-tanda kekuasaan Kami yang ajaib? Tatkala para pemuda pergi ke gua, lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, anugerahilah kami rahmat dari pihak-Mu dan berikanlah kepada kami dalam perkara kami petunjuk jalan yang benar.” Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu. Kemudian Kami bangkitkan mereka, untuk Kami uji mana dari kedua golongan menghitung lebih baik berapa lama mereka tinggal dalam gua itu.Kami ceritakan kepadamu kisah mereka yang sebenarnya. Mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan, dan Kami pun memberi tambahan petunjuk kepada mereka. (QS 18:9-13).
Kaum Quraisy mengutus an-Nadhr bin al-Harits dan ‘Uqbah bin Abi Mu’aith ke Madinah untuk bertanya tentang kenabian Muhammad kepada pendeta-pendeta Yahudi di sana. Orang-orang Quraisy menganggap mereka ahli memahami kitab terdahulu dan tahu tanda-tanda kenabian.
Pendeta tersebut berkata, “Tanyakanlah kepada Muhammad tentang tiga hal. Jika dapat menjawab, dialah Nabi yang diutus. Akan tetapi, jika tidak dapat menjawabnya, ia hanyalah mengaku-aku nabi. Pertama, tanyakan tentang pemuda-pemuda pada zaman dahulu yang bepergian dan apa yang terjadi pada mereka. Kedua, tanyakan tentang seorang pengembara yang sampai ke tempat matahari terbit dan tempat matahari tenggelam, dan apa pula yang terjadi padanya. Ketiga, tanyakan kepadanya tentang ruh.”
Kedua utusan Quraisy pulang membawa oleh-oleh untuk menentukan sikap terhadap Muhammad. Mereka pun menghadap Rasulullah saw dan menanyakan ketiga persoalan tersebut. Rasulullah saw pun menjawab, “Aku akan menjawab apa yang kamu tanyakan itu.” Beberapa waktu kemudian Jibril datang membawa jawaban atas dua pertanyaan pertama, yakni QS Al-Kahfi/18:9-26 dan 83-98, dan tentang pertanyaan ketiga dalam surat sebelumnya (QS Al-Isra’/17:85).
Para Penghuni Gua adalah penduduk kota Ephesus di pantai barat Asia Kecil. Pada masa kekuasaan Kerajaan Romawi Kaisar Decius atau Daqyanus (memerintah tahun249 hingga 251 Masehi) menyiksa penganut-penganut Kristen. Tujuh pemuda Kristen pergi meninggalkan kota untuk menyelamatkan iman dengan bersembunyi dalam sebuah gua di gunung yang tidak jauh dari tempat itu. Mereka tertidur, dan terus tertidur selama beberapa generasi. Tatkala tembok yang menutupi mulut gua itu terbuka pemuda-pemuda itu terjaga.
Ketika salah seorang dari mereka pergi ke kota hendak berbelanja bahan makanan, ia melihat seluruh negerinya telah berubah. Agama Kristen yang pada masanya diperlakukan sewenang-wenang kini sudah diterima, bahkan menjadi agama Negara. Pakaian, percakapan, dan uang yang dibawa rupanya berasal dari zaman yang lain.
Salah seorang pembesar negeri mengunjungi gua tersebut untuk meyakinkan tentang cerita itu dengan menanyakan teman-temannya. Peristiwa ini terjadi pada zaman pemerintahan Theodosius II.
Tatkala para pemuda pergi ke gua, mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, anugerahilah kami rahmat dari pihak-Mu dan berikanlah kepada kami dalam perkara kami petunjuk jalan yang benar.” Mereka bertawakal kepada Allah dan menyerahkan segala persoalan kepada-Nya. Rupanya mereka tertidur dan tidak mengetahui apa-apa lagi yang terjadi di luar sana.
Allah swt mematri pendengaran mereka sedemikian rupa, sehingga tidak mendengar apa pun dan tidak pupa melihat sesuatu apa. Mereka terputus dari dunia luar. Allah swt menidurkan mereka selama 300 tahun syamsiyah, sama dengan 309 tahun qamariah dalam gua itu (ayat 25). Allah membangkitkan mereka dari tidur, sehingga mereka menyadari suasana di sekitar.
Ketika mereka bangun semua perhitungan tahun sudah hilang. Sekalipun mereka masuk bersama-sama dan berbaring di tempat yang sama untuk waktu yang sama pula, kesan-kesan mengenai waktu yang mereka lalui sangat berbeda.
Mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman, dan Tuhan pun menambahkan petunjuk buat mereka. Keimanan mereka membawa ke jalan kebenaran yang lebih luhur dan bertambah secara berangsur bersama bertambahnya petunjuk Allah swt pada mereka.
Allah swt menguatkan hati mereka agar tidak takut berdiri di hadapan raja yang zalim dan menyombongkan diri untuk berkata lantang, terus terang, dan yakin pada kebenaran tauhid yang mereka saksikan dengan mata, pikiran, dan kalbu mereka.
Para pemuda meninggalkan segala yang disembah selain Allah. Tuhan pun melimpahkan rahmat-Nya dan menyediakan segala yang berguna. Mereka pun tidur pulas di sana. Tuhan membalik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedangkan anjing mereka merentangkan kedua kaki depannya di ambang pintu gua.
Ketika dibangkitkan dari tidur mereka pun saling bertanya. Salah seorang di antara mereka bertanya, “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Yang lain menjawab, “Kita tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Mereka pun berkata, “Tuhan lebih mengetahui berapa lama kita tinggal di sini.”
Ada orang yang mengatakan jumlah mereka tiga orang yang keempat adalah anjingnya. Yang lain mengatakan jumlah mereka lima orang yang keenam adalah anjingnya. Yang lain lagi mengatakan bahwa jumlah mereka tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya. Tuhan lebih mengetahui jumlah mereka dan lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal di gua. Kepunyaan Allahlah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya.[]
Baca tulisan-tulisan Muhammad Chirzin lainnya: Kumpulan Tulisan Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag.
2 Comments