Asa Pondok Pesantren di Bali

Pelan tetapi pasti, sejumlah santri di berbagai pesantren yang tersebar di delapan Kabupaten dan Kotamadya Bali pada saatnya akan menjadi pemimpin umat dan pemimpin 2 min


3
12 shares, 3 points
foto: dream.co.id

Bali adalah pulau tujuan wisata tertinggi di Indonesia, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Demikian populernya pulau Bali di mancanegara, hingga ada wisatawan asing yang serius atau berseloroh mengajukan pertanyaan, “Di mana letak Indonesia dari Pulau Bali?”

Bali juga terkenal dengan sebutan pulau Dewata. Dewa atau dewata adalah pujaan pemeluk agama mayoritas penduduk pulau Bali.

Dalam konteks agama agama resmi di Indonesia, bila mendengar kata Bali, orang spontan ingat Hindu Bali.

Memang, hingga hari ini agama Hindu tetap menjadi agama mayoritas penduduknya dengan segala keyakinan, kepercayaan, dan adat istiadat.

Disebut agama Hindu Bali, karena perikehidupan keagamaan di sini memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan praktik kehidupan umat beragama Hindu di negeri asalnya, yakni India.

Salah satu ajaran Hindu Bali yang hingga kini dipelihara dan dipraktikkan ialah pembakaran mayat yang disebut ngaben, dari kosakata abu, mengabukan.

Setiap orang yang meninggal dunia mayatnya akan dibakar. Bilamana keluarga mayat belum mampu, maka jenazahnya disemayamkan di pemakaman untuk menanti tibanya saat pembakaran mayat secara bersama-sama.

Sungguhpun demikian, ada dinamika dan pasang surut kehidupan umat beragama di sini, termasuk tata upacara dan tata laksana ngaben.

Dahulu pembakaran mayat dilakukan menggunakan kayu bakar, dewasa ini dilakukan dengan komposisi gas secara saksama.

Ketika terjadi peristiwa Bom Bali di kawasan wisata Legian, umat Islam yang berdomisili dan mencari rezeki di sekitar pantai Kuta terdampak secara signifikan. Mereka dijauhkan dari kawasan wisata tersebut yang telah menghidupi mereka secara turun- temurun.

Belakangan ditengarai bahwa umat Islam semakin kesulitan untuk mendirikan masjid maupun memperoleh lokasi pemakaman jenazah.

Di antara hambatan yang dihadapi umat Islam untuk mendirikan masjid maupun lembaga pendidikan Islam, termasuk pendirian pondok pesantren di sini ialah harga tanah di wilayah Bali yang meningkat secara spektakuler, seiring peningkatan destinasi wisata di wilayah ini.

Jika di daerah-daerah lain permohonan ijin untuk mendirikan rumah ibadah diajukan kepada Walikota/Bupati, maka di Bali permohonan tersebut diajukan kepada gubernur. Izin Gubernur sangat ditentukan oleh kesepakatan pemangku adat setempat.

Menurut informasi salah satu sumber, ijin mendirikan rumah ibadah bisa dicabut karena masalah parkir kendaraan ataupun kesalahan menurunkan pasir untuk proyek pembangunan sebuah masjid.

Di Kabupaten Tabanan terdapat empat pondok pesantren. Dua di antaranya Ponpes Raudlatul Huffazh di Kediri di bawah asuhan KH Nur Hadi al-Hafizh, dari Demak, satu- satunya ulama Bali yang memiliki samad tahfizh melalui guru beliau KH Arwani Kudus. Santri pesantren ini berjumlah 300an anak, yang belajar di Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah di lingkungan Pesantren.

Pesantren Bali Bina Insani didirikan oleh KH Ketut Imaduddin Djamal, SH, MM, alumni Ponpes Nahdlatul Wathon Lombok dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Santri ponpes ini sekitar 450 orang yang berasal dari Bali maupun beberapa daerah di Jawa Timur.

Pada kesempatan perhelatan  Bali Democracy Forum (BDF) IX di Bali, Ponpes Bali Bina Insani mendapat kehormatan kunjungan para Menlu berbagai negara yang menghadiri konferensi tersebut sebagai model pesantren yang mengarusutamakan nilai toleransi dan pluralitas.

Di antara guru-guru ponpes ini beragama Hindu. Ustadzah Hindu itu merasa tersanjung dan sangat terharu ketika santri-santri mencium tangannya sebelum dan seusai pelajaran di kelas.

Pelan tetapi pasti, sejumlah santri di berbagai pesantren yang tersebar di delapan Kabupaten dan Kotamadya Bali pada saatnya akan menjadi pemimpin umat dan pemimpin masyarakat luas di wilayah Bali, insyaallah.

Tabanan, 1 Mei 2018.

Baca tulisan-tulisan Muhammad Chirzin lainnya: Kumpulan Tulisan Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag.


Like it? Share with your friends!

3
12 shares, 3 points

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
1
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
3
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
4
Wooow
Keren Keren
2
Keren
Terkejut Terkejut
1
Terkejut
Muhammad Chirzin
Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag. adalah guru besar Tafsir Al-Qur'an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Anggota Tim Revisi Terjemah al-Qur'an (Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur'an) Badan Litbang Kementrian Agama RI.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals