Dalam al-Qur’an ditegaskan bahwa “sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi..”
inna Allah wa malaikatah yushalluna ‘ala al-nabi.. (QS. al-Ahzab [33]: 56). Ayat ini sangat populer karena ia termasuk ayat favorit kebanyakan khatib jum’at khususnya di Indonesia. Bahkan di sebagian komunitas muslim, ayat ini selalu dilantunkan oleh muazin sebelum mengumandangkan azan. Pertanyaannya adalah: jika Allah bershalawat, bagaimanakah Allah bershalawat?
Ditinjau dari segi bahasa, kata shalawat memiliki akar kata yang sama dengan kata al-shalah (shalat) yang makna dasarnya adalah al-du’aa’ (do’a). Secara umum, doa bearti thalab al-syai’ min al-adna ila al-a’la “meminta sesuatu dari yang [keudukannya] lebih rendah kepada yang tinngi [derajatnya]”. Sedangkan secara khusus, doa merupakan sebuah hubungan antara hamba dan Tuhannya.
Jika demikian makna dari shalawat, apakah maksud ayat tersebut Allah swt berdoa dalam arti memohon? Jika iya, berdoa kepada siapa? pertanyaan seperti ini pernah ditanyakan oleh beberapa orientalis seperti yang dijelaskan oleh Muhammad Yasin dalam kitabnya Rudud ‘Ulama’ al-Muslimin ‘ala Syibghah al-Mulhidin wa al-Mustasyriq.
Muhammad Yasin menghubungkan hal tersebut dengan firman Allah swt dalam QS. al-Taubah [9]: 103, khuz min amwalihim shadaqah tuthahhiruhum wa tuzakkihim biha wa shalli ‘alaihim inna shalawataka sakanun lahum wallahu sami’un ‘alim “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.
Dalam ayat ini Nabi Muhammad saw diperintahkan untuk bershalawat atas mereka (shalli ‘alaihim), lantas apakah Rasulullah diperintahkan ruku’ dan sujud untuk mereka? Ataukah maksudnya berdoa kepada mereka? Tentu saja tidak! Nah, apalagi dalam urusan yang berhubungan dengan Allah swt.
Muhammad Yasin menganalogikan jika seorang miskin mendatangi orang kaya maka tujuannya adalah untuk meminta harta, hibah, pemberian atau manfaat lainnya dari si kaya. Sebaliknya, ketika si kaya mendatangi si miskin, maka tujuannya bukanlah untuk meminta melainkan untuk memberi, mengahadiahi atau menganugerahkan sesuatu kepada si miskin.
Perbedaan Shalawat Allah, Malaikat, dan Manusia
Penegasan bahwa Allah dan para malaikat bershalawat untuk Nabi dalam QS. al-Ahzab [33]: 56 tersebut juga diiringi dengan perintah kepada orang-orang mukmin di akhir ayat agar mereka bershalawat untuk Nabi: ..ya ayyuha allazina aamanu shallu ‘alaihi wa sallimu tasliima “Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. Artinya, ada tiga subjek yang bershalawat yang disebutkan dalam ayat tersebut, yakni Allah swt, para malaikat, dan orang-orang mukmin.
Dari analogi yang digunakan oleh Muhammad di atas, maka shalawat Allah swt untuk Nabi Muhammad tidak mungkin diartikan sebagai bentuk ungkapan doa atau permohonan. Allah swt adalah Tuhan Yang Mahakaya, Yang Mengayakan, Yang Maha Memberi lagi Maha Pemberi, dan Yang tidak membutuhkan apapun. Ia tidak membutuhkan doa karena Dia-lah Yang Maha Menentukan. Sehingga, maksud dari shalawat Allah dalam ayat tersebut adalah pujian dari Allah kepada Nabi Muhammad saw dengan memberikan hidayah, karunia, rahmat, dan berkah-Nya. Demikian penjelasan jumhur ulama.
Sedangkan shalawat dari para malaikat baru bisa diartikan sebagai doa. Para malaikat berdoa untuk Rasulullah agar diberikan ampunan kepada Allah swt. Para malaikat juga berdoa untuk orang-orang yang beriman sebagimana terekam dalam QS. al-Ahzaab [33]:43, huwa allazi yushalli ‘alaikum wa malaaikatuh liyukhrijakum min al-zhulumaati ila al-nur (Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya [memohonkan ampunan untukmu], supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya). Shalawat para malaikat untuk orang-rang yang beriman juga dijelaskan dalam QS. Ghaafir dan QS. Asy-Syuuraa.
Adapun shalawat orang-orang yang beriman kepada Rasulullah juga bearti doa, sebagaimana mereka diperintahkan untuk memintakan wasilah dan keutamaan untuk beliau setelah mendengarkan adzan,dan bershalawat ketika disebutkan nama beliau. Dalam ayat ini orang-orang beriman juga diperintahkan untuk mengucapkan salam penghormatan kepada Nabi, seperti: assalamu’alaika ayyuhan Nabi (semoga keselamatan tercurah kepadamu Hai Nabi).
Sehingga QS. al-Ahzab [33]: 56 tersebut bisa diartikan sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah memberi rahmat kepada Nabi dan malaikat-Nya memohonkan ampunan untuknya. Hai orang-orang yang beriman, bershalawat kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”
Secara umum, QS. al-Ahzab [33]: 56 tersebut bisa diartikan sebagai “sindiran” kepada kita semua orang yang beriman. Allah dan para malaikat saja bershalawat untuk Nabi! Maka kita sebagai umat Nabi Muhammad seharusnya tidak pernah lupa untuk selalu bershalawat kepada beliau karena jika bukan lewat perantara beliau kita tidak akan bisa mengenal dan merasakan nikmatnya iman dan Islam.
Menyongsong peringatan maulid baginda Nabi Muhammad saw 1439 H seyogyanya umat muslim berlomba-lomba untuk meningkatkan intensitas shalawat kepada Nabi Muhammad saw. Hal ini tentu jauh bermanfaat daripada terjebak dalam “rutunitas tahunan” untuk memperdebatkan persoalan-persoalan furu’ (cabang) dan kemudian merasa paling benar sendiri. Karena bagaimanapun berbedanya umat muslim, mereka semua masih termasuk umat Nabi Muhammad, mereka semua (tanpa terkecuali) diperintahkan untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad saw. Allahumma shalli ‘ala sayyidina wa habibina Muhammad!
Wallahu a’lam.
One Comment