Siapakah orang yang pantas disebut sufi? “Yang disebut orang sufi, yaitu orang yang hatinya bersih dan selalu mengingat Allah“, kata Bisyr al-Harits. “Seorang sufi tidak menjadi sufi jika ada pada dirinya 4 perkara: malas, suka makan, suka tidur dan berlebih-lebihan”, kata Imam Syafi’i.
Apakah menjadi sufi harus bergabung tarekat tertentu? Tidak harus begitu. Contohnya Rabiah al-Adawiyah. Beliau menjadi sufi tanpa bergabung atau terikat tarekat sufi. Justru sebelum menjadi sufi, awalnya Rabiah adalah seorang hamba sahaya. Kemudian Bisyr al-Harits, mengutip laman nu.or.id (3/5/2016), beliau adalah mantan berandal yang akhirnya menjadi waliyullah. Hidup sezaman dengan Imam Ahmad bin Hanbal.
Baca juga: Pertalian Islam Kejawen dan Ajaran Tasawuf
Seorang sufi, selain membatasi hal-hal yang bersifat duniawi, tentunya tutur kata dijaga sebaik mungkin. Sehingga sepanjang hidupnya, dari bibirnya hanya keluar nasihat atau petuah-petuah yang bermanfaat. Sebelum munculnya motivator-motivator di layar kaca dan media sosial, para sufi terlebih dulu mewariskan petuah-petuahnya. Petuah mereka telah saya himpun. Tidak ada yang berlawanan dengan Quran dan Hadis Nabi. Berikut ini beberapa petuah-petuah dari kaum sufi:
“Manusia terbagi tiga: 1) orang yang seperti makanan, senantiasa dibutuhkan 2) orang yang seperti obat, dibutuhkan pada saat-saat tertentu 3) orang yang seperti penyakit, sama sekali tidak dibutuhkan” – Hasan al Bashri, tokoh sufi abad 1 Hijriyah.
Tokoh sufi lainnya seperti Imam Junayd al-Baghdadi (w. 910 M) juga memiliki petuah, “Janganlah kamu bergaul dengan 3 orang: ulama yang lalai, para ahli qiraah yang menjilat dan sufi yang bodoh“.
Di abad ke 21 ini terkadang orang perkotaan mengalami kesepian. Padahal ia sehat walafiat, punya harta berlimpah dan keluarga yang utuh. Ada baiknya menyimak petuah berikut : “Jika seseorang merasa kesepian dalam kesendiriannya, itu dikarenakan tidak adanya keakraban dengan Tuhannya” – A’isyah binti Abu Utsman Said, sufi dari Nisyapur, Iran.
Ketika diuji sakit, pasti ada yang bisanya mengeluh, ada pula yang ridho dan berharap segera diberi keajaiban. Petuah berikut ini layak diketahui siapa pun yang terbaring sakit. “Bila kau sakit, dia menjengukmu. Bila kau berbuat dosa, dia mengingatkanmu. Dialah yang layak menjadi sahabat.” – Dzun-Nun Al-Mishri, sufi dari Mesir.
Terakhir, tentang kapan bersedih dan bersenang-senang. Sufi Abdullah bin Khubaiq berkata: ”Janganlah kamu bersedih hati kecuali karena sesuatu yang akan mencelakakanmu esok (di akhirat); dan janganlah pula kamu bersenang hati, kecuali karena sesuatu yang akan menyenangkanmu di alam keabadian nanti”.
Menghadirkan kesadaran dari kelalaian, untuk menggapai keihklasan diri sambil memelihara ” Niat “